Keganjilan Film Mahadewa di ANTV
|
Serial mahadewa ANTV |
Banyak
masyarakat Hindu merasa geram terhadap tayangan film Mahadewa di ANTV
episode Senin 15 Juli 2014. Hal ini terjadi lantaran adegannya terlalu
sektarian. Tanpa dasar cerita yang jelas, tiba-tiba adegan film Mahadewa
menceritakan percakapan Mahadewa dengan Dewi Sati yang mengagungkan
Shri Rama. Dalam percakapan itu, Mahadewa bercerita tentang Shri Rama,
awatara Wisnu, yang kehilangan Dewi Sita, yang diculik raksasa Rahwana.
Mahadewa diceritakan selalu memuja Shri Rama.
Tentu
saja masyarakat Hindu di Indonesia merasa geram atas adegan
controversial ini, masyarakat Hindu Indenesia yang sebagian besar
merupakan mazab Siwa, Siwa dipuja sebagai Shiva Atma [Roh yang
menghidupi mahkluk hidup], Sada Shiva [Tuhan penguasa kahyangan]dan
Paramashiva [Tuhan yang berada dimana-mana].
Jika
ditelaah adegan pada film tersebut, memang kesannya dipaksakan,
kisahnya diambil dari cerita dari kitab mazab Vaisnawa, yaitu Bhagavata
Purana. Mungkin produsernya memang mengambil kisah Mahadewa mengambil
dari berbagai sudut pandang kitab-kitab purana, baik dari Siva purana
sendiri, maupun Bhagavata Purana. Sehingga penonton akan dibingungkan,
dimana pada kisah tertentu Wisnu mengagungkan Shiva, di sisi lain Shiva
mengagungkan Wisnu.
|
Cover Promo Serial mahadewa ANTV |
Khusus
episode senin 15 juli, terjadi keganjilan adegan cerita. Dimana film
ini berkisah tentang percakapan Shiva dengan dewi Sati tentang Shiva
selalu bermeditasi kepada Shri Rama. Jelas disini terjadi keganjilan.
Pada saat Adi Shakti menjelma sebagai
Sati, kisah Ramayana belum terjadi. Pada kisah ini pantasnya terjadi
saat Adi Shakti menjelma sebagai Parvati, yang terjadi pada Yuga/jaman
yang berbeda.
Penjelasan
ini bisa kita merujuk pada Siva purana. Sanat Kumara bersabda ; ” Yang
tertua dari kalian (Mena/Menaka) akan menjadi istri Himawan yang adalah
bagian dari Wisnu. Dia akan memiliki seorang putri yang bernama Parvati.
Putri yang menengah, Dhanya, akan menjadi seorang Yogini, istri dari
raja Janaka. Putrinya adalah Mahalaksmi dalam nama Sita. Dan yang
termuda (Kalavati) akan menjadi istri dari Vaisya yang bernama
Vrsabhana. Pada akhir jaman Dwapara, ia akan menjadi ibu dari Radha,
permaisuri Krsna” [Siwa Purana, Parvati Khanda, II.28-30]. Baca juga Film Mahadewa: Dewi Parvati Inkarnasi Dewi Sati.
Merujuk
pada sloka tersebut, kisah Rama belum terjadi saat Sati sebagai istri
Siva. Selain itu, pada berbagai ulasan penganut mazab Waisnawa,
percakapan tentang Shiva mengagungkan Shri Rama, merupakan percakapan
Shiva dengan Parvati, bukan Shiva dengan Sati. Jelaslah adegan kisah itu
dipkasakan ada. Kemungkinan diambil dari kitab purana mazab Waisnawa.
Padahal setahu saya, dalam kitab Siva purana justru Wisnu memuja Shiva,
begitu juga Shri Rama memuja Shiva, demikian Shri Krisnha selalu
mengagungkan Shiva didalam Mahabharata, begitu juga didalam Bhagavad
Gita.
Sejak
jaman dahulu kala, mazab Waisnawa dengan mazab Siwa sering berbenturan,
bahkan perbenturan ini sampai ke Indoensia. Dahulu kala di Bali terdiri
dari banyak sekte, yang besar ada 9 sekte. Kemudian sekte-sekte
dihimpun menjadi satu atau disatukan oleh Mpu Kuturan berserta
orang-orang suci di Bali, yang dikenal sekarang sebagai agama Hindu ala
Hindu Nusantara. Tetapi benturan antara mazab Siwa dengan mazab Waisnawa
kembali terjadi pada era sekarang, dimana aliran Waisnawa yaitu Hare
Krisnha sampai saat ini dianggap illegal, belum pernah dicabut keputusan
PHDI yang menyatakan Hare Krisnha sebagai aliran ‘Sesat’. Bahkan sering
terjadi diskriminasi terhadap Hare Krisnha oleh umat Hindu Indonesia
kebanyakan. Hal ini terjadi karena penganut Waisnawa sering merendahkan
Shiva, seperti yang dilakukan Prajapati Daksa. Pada saat ini, beberapa
buku diterbitkan penganut mazab Waisnawa yang merendahkan Siwa dan
mengagungkan Wisnu. Misalnya tafsir bhagavad Gita menurut aslinya,
Mrekonstruksi Hindu. Padahal menurut penganut Siwaisme, baik Wisnu
maupun Shiva dan juga Brahma merupakan Yang Tunggal dalam tiga
manifestasi. Bahkan menurut kitab Shiva Purana, seorang Bakta Shiva
tidak boleh merendahkan salah satunya. Karena Shiva, Wisnu, Brahma
muncul dari Sada Shiva dalam wujud Tuhan berpribadi sebagai ‘Mahadewa’,
God of the Gods.
Kesimpulan
dari tanggapan masyarakat Hindu Indonesia tentang film Mahadewa, bahwa
film Mahadewa disusupi paham mazab Waisnawa, yang seharusnya murni
mengambil kisah ini dari Siva Purana. Menurut hemat saya, produser dari
film ini, mencoba mengambil kisah ini dari berbagai penjelasan kitab
purana, sehingga kadang adegannya tumpang tindih, bahkan membingungkan.